10 Persen Orang Kaya Berkontribusi terhadap Pemanasan Global

Dampak Besar Pemanasan Global

Publik.one Pemanasan global membawa dampak serius bagi semua kalangan, terutama bagi anak-anak dan kelompok masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan dalam beradaptasi. Ironisnya, beban tersebut justru paling berat ditanggung oleh mereka yang paling sedikit berkontribusi terhadap penyebabnya.

Sebaliknya, mayoritas emisi gas rumah kaca yang mempercepat laju pemanasan global berasal dari kalangan kaya, baik melalui pola konsumsi mereka maupun investasi dalam sektor-sektor industri yang merusak lingkungan.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change pada Rabu, 7 Mei 2025, mengungkap bahwa ketimpangan sosial dan ekonomi berperan besar dalam memperburuk krisis iklim. Temuan tersebut menunjukkan bahwa 10 persen populasi terkaya dunia bertanggung jawab atas sekitar dua pertiga dari total pemanasan global sejak tahun 1990, yang turut memicu meningkatnya kejadian iklim ekstrem seperti gelombang panas dan kekeringan.

Lebih jauh, studi tersebut mengungkap bahwa 1 persen populasi dengan penghasilan tertinggi memiliki kontribusi yang sangat tidak seimbang terhadap perubahan iklim: mereka menyumbang dampak ekstrem panas bulanan 26 kali lebih besar dibandingkan rata-rata global, serta memperburuk kekeringan di kawasan Amazon hingga 17 kali lipat.

Riset ini menegaskan adanya ketimpangan emisi yang berkaitan langsung dengan ketidakadilan iklim. Konsumsi dan investasi kalangan kaya memiliki pengaruh besar terhadap kerusakan iklim, sementara dampak paling parah justru dirasakan oleh kawasan tropis yang rentan seperti Amazon, Asia Tenggara, dan Afrika Selatan—daerah-daerah yang secara historis hanya memberikan kontribusi kecil terhadap total emisi global.

”Studi kami menunjukkan bahwa dampak iklim ekstrem bukan sekadar akibat emisi global yang abstrak, tetapi kita dapat langsung menghubungkannya dengan gaya hidup dan pilihan investasi kita, yang pada gilirannya terkait dengan kekayaan,” jelas penulis utama Sarah Schöngart, alumnus 2024 Young Scientists Summer Program (YSSP), yang saat ini bekerja di ETH Zurich.

Schöngart menambahkan, ”Kami menemukan bahwa penghasil emisi dari kalangan orang kaya memainkan peran utama dalam mendorong iklim ekstrem, yang memberikan dukungan kuat bagi kebijakan iklim yang menargetkan pengurangan emisi mereka.”

Ketidakadilan emisi

Menurut para peneliti, ketidakadilan iklim terus berlanjut karena mereka yang paling tidak bertanggung jawab sering kali menanggung dampak terbesar, baik antarnegara maupun di dalam negara. ”Di sini kami menunjukkan bagaimana emisi GRK (gas rumah kaca) dari konsumsi dan investasi yang diatribusikan kepada kelompok populasi terkaya telah secara tidak proporsional memengaruhi perubahan iklim saat ini,” tulis Schöngart dan tim.

Dengan menggunakan kerangka kerja pemodelan baru yang menggabungkan data ekonomi dan simulasi iklim, para peneliti dapat melacak emisi dari berbagai kelompok pendapatan global dan menilai kontribusinya terhadap iklim ekstrem tertentu.

Peneliti menghitung, kenaikan suhu global pada tahun 2020 adalah 0,61 derajat celsius lebih tinggi daripada tahun 1990. ”Kami menemukan bahwa sekitar 65 persen dari peningkatan (suhu) ini diatribusikan kepada 10 persen terkaya dunia, 20 persen kepada 1 persen terkaya dan 8 persen kepada 0,1 persen terkaya,” demikian temuan tim.

Sebanyak 10% orang terkaya dunia menyumbang dua pertiga pemanasan global, dengan emisi per orang sekitar 6,5 kali lebih tinggi dari rata-rata global.

Mereka juga berkontribusi 7 kali lebih besar terhadap peningkatan gelombang panas ekstrem dan 6 kali lebih besar terhadap kekeringan di Amazon.

Temuan ini juga menunjukkan, pentingnya menuntut orang kaya untuk mengurangi jejak emisi. ”Jika semua orang mengeluarkan emisi seperti 50 persen terbawah dari populasi global, dunia akan mengalami pemanasan tambahan yang minimal sejak 1990,” kata rekan penulis Carl-Friedrich Schleussner, yang memimpin International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Austria. ”Menangani ketidakseimbangan ini sangat penting untuk aksi iklim yang adil dan efektif.”

Investasi finansial

Penelitian di Communications Earth & Environment (Nov 2024) mengungkap bahwa emisi karbon dari gaya hidup mewah, seperti penerbangan pribadi, terus meningkat. Pengguna utamanya adalah orang super kaya, politisi, pemimpin negara, dan selebritas. Beberapa individu tercatat menghasilkan hingga 2.400 ton CO₂ pada 2023—sekitar 500 kali lipat dari rata-rata global per orang.

Penelitian lanjutan menyoroti bahwa emisi besar juga berasal dari investasi orang kaya di industri kotor, terutama bahan bakar fosil. Para peneliti menyarankan agar kebijakan iklim lebih tegas menargetkan elite berpenghasilan tinggi melalui regulasi keuangan dan pajak progresif.

Mereka menegaskan bahwa menanggung beban krisis iklim secara adil sangat penting, bukan hanya untuk menekan pemanasan global, tetapi juga demi keadilan dan ketahanan global.

Related Posts

Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun

publik.one Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin, 21 April 2025, di kediamannya yang terletak di Casa Santa Marta, Vatikan. Pengumuman resmi mengenai wafatnya pemimpin Gereja Katolik berusia 88 tahun itu…

Tinggalkan Balasan

Baca Lagi!

BSI Tebar Dividen Tunai Rp 1,05 Triliun Tahun Ini

BSI Tebar Dividen Tunai Rp 1,05 Triliun Tahun Ini

PCO Usul Mahasiswi ITB Pembuat Meme Prabowo Jokowi Dibina

PCO Usul Mahasiswi ITB Pembuat Meme Prabowo Jokowi Dibina

10 Persen Orang Kaya Berkontribusi terhadap Pemanasan Global

10 Persen Orang Kaya Berkontribusi terhadap Pemanasan Global

Kementerian ESDM dorong Bali miliki PLTP untuk Energi

Kementerian ESDM dorong Bali miliki PLTP untuk Energi

Oxford United Bertahan di Kasta Kedua Inggris

Oxford United Bertahan di Kasta Kedua Inggris

IHSG Naik 0,72% Hari Ini, Tembus Level 6.800

IHSG Naik 0,72% Hari Ini, Tembus Level 6.800